Pages

Tuesday, June 24, 2008

Bedah Iklan Sampoerna


11 juni 2008
15:00 PM
Auditorium Thomas Aquinas
Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Menegangkan!
satu kata yang terucap dari bibir saya ketika acara ini belom berlangsung..
Hujan gabus di lobby kampus,.
bermain dengan Cat,.
Pemilihan Multimedia yang ribet..
dokumentasi yang susah..
tapi
SEMAGAD bohlamers menjadi vitamin yang paling manjur untuk malam persiapan,,
rela tidur dikampus juga merupakan salah satu semagat yang besar,
saya ajah sampe geleng2 kepala,,
SALUT!!!!!!!!!!!!!!!

tiba hari itu..
hahahahahaha..
dari pagi jam9 anak2 sudah stand by melakukan pengecekan ulang,
sempet ribut gara2 kurang koordinasi[itu mah biasa vi,,]
akhirnya,,,
orang dari suara merdeka, sampoerna, beberapa majalah dan peserta mulai memasuki..
sambutan yang luar biasa hadir di ruangan yang berkapasitas 350 orang tersebut.
dari sampoerna hadir mbak Tutus, Mas Yudi dan Mas Heru dari Bates agency, mereka memberikan materi berupa beberapa iklan sampoerna yang sejak tahun 1997 hadir di televisi indonesia, bahkan beberapa peserta sempat bernostalgia dengan iklan lama sampoerna..
Sampoerna juga melaunching campaign mereka yang bertema "YOUR LIVE, YOUR CHOICE"
dimana audience dapat memilih jalan hidupnya..
Mas heru dari Bates Agency memberikan jalur dari pembuatan sebuah iklan, dimana ada client brief - dilanjutkan ke creative dept - brainstorm dan sampe akhirnya dilempar bolak-balik AE-Creative dan Client..
[untuk lebih lengkapnya tunggu notulensi dari kami]
dan tibalah acara iini berakhir, tidak terasa 2 jam kami bersama dan tiba saatnya untuk berpisah..





berikut Notulensi dari Acara Bedah Iklan Kreatif SAMPOERNA

15.10
Opening Tune – Sambutan oleh Panitia (Bohlam Advertising)
15.20
Opening by MC (dari Suara Merdeka)
MC menyambut hadirin, kemudian menyapa beberapa dari mereka, serta melakukan ice breaking untuk menyegarkan suasana dan membangun suasana.
15.22
Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
MC mengajak seluruh hadirin untuk berdiri dan bersama-sama menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
15.26
Sambutan dari Ketua Program Studi Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
MC mempersilakan Ibu Ninik Sri Rejeki selaku Ketua Program Studi Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta untuk memberikan sambutan. Ibu Ninik pertama-tama mengucapkan selamat datang pada pembicara, para tamu undangan dan seluruh hadirin; kemudian menyampaikan beberapa patah kata pembukaan mengenai dunia pendidikan dan industri periklanan, serta mengenai acara Sampoerna-Suara Merdeka Goes to Campus ini sebagai sarana penghubung dunia pendidikan dengan industri.
15.32
MC memanggil Bapak Stephanus Nindito selaku Dosen Pendamping Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
15.33
Sambutan dari Dosen Pendamping Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Bapak Nindito selaku Dosen Pendamping Mahasiswa maju memberikan ucapan selamat datang, penyambutan, ucapan terima kasih serta beberapa patah kata sambutan. Beliau memberi komentar mengenai kebangkitan dunia periklanan yang semakin kreatif dan mengakomodasi kepentingan banyak pihak, terutama masyarakat.
15.35
Sesi I
MC memanggil dan mempersilakan para pembicara untuk maju ke depan dan memasuki area panggung. Ibu Tutus, Bapak Heru dan Bapak Yudy maju ke panggung dan duduk di sofa di atas panggung. Ibu Tutus memulai sesi I dengan mengumumkan 2 pemenang lomba tag line A MILD.

*Ibu Tutus membuka pertanyaan: “Kenapa A Mild perlu membuat iklan?”
Beberapa audience memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Peserta A : “Untuk promosi.”
Peserta B : “Untuk menunjukkan ciri khas A Mild.”
Peserta C : “Biar laku.”
Peserta D : “Untuk pembentukan citra.”
Peserta E : “Kalo iklan rokok tidak boleh menampilkan rokok, karena itu dibuatlah iklan-iklan kreatif.”
Jawaban dari Ibu Tutus: “A Mild membuat iklan untuk membentuk citra dan brand equity.”
Ibu Tutus menjelaskan bahwa A Mild adalah produk rokok pertama yang berani mengeluarkan varian low tar dan low nicotin (pioneer). Hal tersebut kemudian dikomunikasikan dengan kampanye iklan yang bertemakan “How low can you go”.
Target market dari A Mild yang utama adalah:
-Laki-laki
-Usia 18-29
-Urban & sub urban
-SES A, B, C+
Apakah “BUKAN BASA-BASI?” itu? Ibu Tutus menjelaskan bahwa “BBB” ini merupakan basic/core yang harus selalu disertakan dalam iklan-iklan tematik A Mild. Ada 60 versi tematik A Mild. Kemudian beliau menjelaskan juga perkembangan kampanye iklan A Mild dari tahun ke tahun.
*1989 - 1992
A Mild ingin menyampaikan pesan utamanya: low tar & low nicotin dengan iklan2 “How Low Can You Go?”
*1992 – 1997
Kalau hanya mengkomunikasikan product benefit, tidak akan bertahan lama. Oleh karena itu mulailah dicari “jiwa” dari A Mild. Dari sini ditemukan sebuah brand essence “BUKAN BASA-BASI”.
*1998
Saat itu krisis moneter dan Indonesia memasuki era reformasi. Pada saat itu A Mild pun bermaksud menjadi medium/fasilitator untuk menyuarakan generasi muda-dewasa pada saat itu. A Mild kemudian membuat iklan-iklan yang mendorong masyarakat utk “blak-blakan”.
*1999-2000
A Mild mengalami kompetisi yang ketat pada tahun ini, sebab kompetitor mulai memasuki market yang sama dengan benefit yang sama, yaitu pasar rokok low tar dan low nicotin (kompetitor menjadi follower). Untuk mengatasi para follower tersebut, A Mild pun membuat Leadership Campaign dengan tema “Others Can Only Follow”. Tema kampanye ini bertujuan menunjukkan eksistensi A Mild sebagai yang pertama, yang lain cuma ngikutin.
*2001-2002
Kondisi Indonesia pada tahun ini memasuki era recovery. Masyarakat mulai kembali optimis dan individualis. A Mild pun ingin menembak “generasi 18-24”m strateginya yaitu dengan membuat iklan-iklan dengan versi blak-blakan, grafiti, mengikuti style taget market. A Mild juga mengeluarkan versi tematik ‘puasa’. A Mild menggunakan tema tersebut sebagai momen untuk mengatakan bahwa di bulan puasa, kita tidak sekedar menahan lapar dan haus (contohnya adalah iklan TVC versi “Waktunya Malu Sama yang Di Atas”).
*2003 – “Go With The Real Low”
Pada tahun ini, A Mild kembali diserang oleh kompetitor (follower). Lalu A Mild membuat versi iklan yang menggabungkan animasi dengan origami.
*2004 – “Kalau Benda Bisa Ngomong”
A Mild sadar bahwa mereka perlu mencari ide kreatif yang lain. Sampai dengan tahun 2004 ini, A Mild banyak menggunakan model dan kata-kata dalam iklannya. Karena itulah muncul ide kreatif lain di mana akhirnya mereka menggunakan inanimate object. Inti konsepnya sebetulnya adalah: “Kalau benda bisa ngomong pasti akan ngomong jujur!”.
Salah satu contoh iklannya dibuat ketika HM Sampoerna merger dengan Philip Morris. Dibuatlah iklan dengan konsep “Gak Peduli Tuannya Siapa, Tetep Aja Galak!”. Kampanye ini ingin bicara bahwa A Mild tidak takut perubahan setelah merger.
*2005-2008
Kondisi negara Indonesia nampak cukup stabil, hanya saja masyarakatnya cenderung memiliki sikap tidak peduli (cuek). A Mild pun merasa perlu mengemukakan isu-isu dan menggugah konsumen untuk lebih kritis. Maka dibuatlah campaign “TANYA KENAPA”.
*2007 – “Give Young Adult A Chance”
Di tahun ini A Mild sadar dan kembali ke target market (muda dewasa). Karena itu iklan-iklan yang dibuat pun memiliki pesan bhw generasi muda dewasa harus diberi kesempatan untuk tampil dan lebih dipercaya.
Message-nya sebetulnya simple: “Gimana caranya supaya gue bisa bicara tapi nggak usah nunggu tua!”
15.54
Ibu Tutus mulai menunjukkan beberapa versi iklan TANYA KENAPA sebagai contoh dengan memberi penjelasan-penjelasan.
*2008
Memasuki tahun 2008, A Mild sempat bingung mau membuat campaign seperti apa. Akhirnya datanglah sebuah ide: “You Choose”.
Ciri iklan A Mild sendiri adalah: belum tentu langsung dimengerti dalam satu kali melihat dan kadang memiliki dua makna pula. Di sini A Mild juga ingin membawa kembali “BUKAN BASA-BASI” mereka. “BRING BBB BACK TO THE FOREFRONT!”
Kenapa “You Choose?”
Kembali ke target 18-24. Semua orang, setiap hari, harus melakukan pilihan. A Mild ingin mengkomunikasikan bahwa “segala pilihan tak ada yang salah atau benar, tapi kalian harus tahu konsekuensi dari pilihan yang sudah diambil”.
Dari konsep tersebut, muncullah iklan-iklan A Mild dan salah satu yang terbaru adalah:
-Versi I : “Gonta-ganti Pacar”
-Versi II (soon to be released) : “Versi Naik” (versi ini dibuat karena isu BBM naik)
-Versi III (soon to be released) : “Versi Paten” (menyindir isu budaya, juga double meaning yaitu ‘siapa cepat dia paten’; pada kenyataannya memang siapa yang cepat, dia yang paten)
-Versi IV (soon to be released) : “Versi Tontonan” (prihatin dengan acara-acara TV yang formatnya itu-itu saja dan tidak mendidik)
Selain itu, A Mild juga mencoba menjalin komunikasi 2 arah dengan target konsumen. Konsumen bisa memilih dari pilihan-pilihan yang muncul di iklan-iklan A Mild. A Mild juga berusaha mengintegrasikan channel-channel komunikasi yang ada supaya pesan “You Choose” bisa sampai ke target. Banyak channel akan digunakan untuk itu, misalnya TV, print, campus event, digital, cinema, dll.
Ibu Tutus menjelaskan aplikasi media apa saja yang akan digunakan untuk kampanye ini:
*Ada aplikasi outdoor, digital (website), banner online yang dipasang di online journal. Versi iklan yang dipasang pun menyesuaikan berita yang sedang diupload di online journal tersebut.
*A Mild juga memasang iklannya di spot iklan/bumper sebelum film bioskop dimulai.
*BTL activity: “STAY AHEAD” 17 Juni di YKPN. Format acara ini dibuat seperti Talk Show, tetapi pengunjung memilih sendiri talk show yang akan diikutinya. Hal ini sesuai dengan konsep “memilih sendiri” (“You Choose!”)
*DIGITAL: Menggunakan mobile phone.
*Aktivitas PR.
*Retail pun digunakan, aplikasinya dilakukan di outlet-outlet penjualan.
Ibu Tutus juga sedikit menyebutkan mengenai proses pembuatan iklannya yang amat panjang dan rumit.
16.07
Sesi II
Pak Heru mulai mempresentasikan mengenai proses kreatif pembuatan iklan A Mild. Pertama sebagai pembuka, Pak Heru memuji karya-karya iklan panitia (Bohlam Advertising) yang dipamerkan di depan. Pak Heru ingin menjelaskan sedikit tentang kreativitas dalam dunia industri iklan. Kita harus memikirkan kebutuhan industri. Sekreatif apa pun sebuah iklan, tetap harus bisa mencapai target yang dituju (harus ada balancing antara dua hal tersebut). Iklan-iklan A Mild trmasuk sukses dari segi kreativitas dan sebagai market leader. Kreativitas memang butuh idealisme, tapi tetap harus diimbangi dengan kebutuhan industri.
Pak Heru melempar pertanyaan kepada audience: “Siapa yang ingat iklan-iklannya A Mild dan yang mana yang paling disukai?”
Peserta memberikan jawaban-jawaban mereka:
Peserta A : Versi “Yang muda yang ngga dipercaya” versi proyek, alsannya karena sesuai dengan pengalaman pribadi (pernah mengalami hal serupa).
Peserta B : “Versi burung sama versi ikan” (“Others Can Only Follow”), karena waktu zaman ia kecil, hanya itu iklan yang unik dan kreatif.
Peserta C : “Versi cewek melanggar rambu-rambu”. Karena pada kenyataannya memang seperti itu, berdasarkan pengalaman pribadi dan kesamaan dengan lingkungan tempat tinggalnya.
Peserta D : “Versi cewek meelanggar rambu-rambu”. Alasannya karena cerita dari seorang teman yang sangat mirip dengan kejadian di dalam iklan tersebut.
Peserta E : Pertama: versi “banjir” ; Kedua: versi “Indian naik kuda”.
1. Karena fenomenal, pasrah nunggu banjir, pasif.
2. Karena seperti pengalaman pribadi, sering terjadi di kehidupan sehari-hari.
Membuat iklan juga sama; membuat iklan itu tidak semudah hanya duduk dan mencari ide, tetapi harus punya dasar kesadaran bahwa iklannya akan disukai oleh target. Harus mencari tahu isu-isu atau fenomena apa yang disukai oleh target audience yang akan diajak bicara. Kata atau sifat “unik” pun berevolusi. ‘Unik’ itu artinya (dulu) “berbeda”. Karena apa yg ‘cool’ di zaman dulu dengan sekarang juga berbeda, pengertiannya pun berubah. Kita harus tahu apa yang baik dan bisa menjadi topik hangat untuk target audience-nya. Kreativitas itu berdasarkan research, finding (penemuan) dan dibuat senatural mungkin.
16.22 - Mulai masuk ke presentasi.
Menurut Pak Heru: “Iklan kreatif OK, tp harus impactful!”
Kreatif itu mengikuti tujuan yang ingin dicapai dari iklannya, karena iklan itu pada dasarnya komunikasi. Di dalam membuat iklan, kita harus berusaha berpikir dengan cara pandang yang berbeda (out of the box). Prosesnya seperti ini:

-Di agency kita akan dipanggil klien untuk brief tentang permasalahan yang dihadapi klien serta keinginan/tujuan bisnis klien.
-Brief untuk membuat iklan harus DETAIL.
-Dibuatlah client brief  strategic review (research, penggalian, mencari profile orang usia 18-24 lalu membagi-baginya lagi dlm segmentasi pasar)  job brief (untuk tim kreatif; sebagai limitation dan pertimbangan-pertimbangan bagi tim kreatif supaya idenya tidak mengarah ‘ngga jelas mo ke mana’ )  creative meeting (tim kreatif akan berdiskusi, brainstorm membicarakan konsep kreatif untuk mengkomunikasikan ide iklannya menggunakan isu-isu atau fenomena dari hasil research)
Pak Heru bertanya pada audience: “Menurut kalian, kenapa dalam iklan “Gonta-Ganti Pacar” harus mur baut yang digunakan?”
Peserta A : “Analogi alat kelamin cowok-cewek.”
Peserta B : “Lobang mur satu bisa buat rame-rame.”
Peserta C : “Mur dan baut itu cocok atau tidak cocok bisa dibongkar pasang.”
Pak Heru mengatakan bahwa dalam proses brainstorm, muncul gagasan objek lain yang hendak digunakan dalam iklan misalnya sendok-garpu. Tetapi muncul pertimbangan bahwa sendok-garpu tetap bisa digunakan terpisah, dan berbagai pertimbangan lain sehingga sendok-garpu tidak dipakai. Mur baut sebagai objek yang komplementer tetapi kalau salah satu hilang bisa diganti dengan yang lain (sekrupnya playboy), karena itu penggunaan mur baut dirasa lebih tepat.
Setelah creative meeting dilanjutkan dengan  strategic & creative presentation (di situ juga dijelaskan strategi dan rekomendasi solusi terbaik bagi permasalahan brand yang dimiliki klien).
16.38
Pak Heru menunjukkan RECAP OF BRIEF. Segmentasi ‘young adults’:
-progressive tradisionalist
-conservative tradisionalist
-status strivers
-security seekers
Kemudian sampailah Pak Heru mengenai pembahasan kampanye A Mild yang terbaru: 2008 CAMPAIGN IDEA: “Freedom to Choose”
Jiwa A Mild itu tidak bisa diubah-ubah, yaitu tetap “BUKAN BASA-BASI”, tetapi campaign idea-nya bisa dibuat sekreatif mungkin tanpa menghilangkan benang merahnya. Pak Heru mengibaratkan dua orang yang pacaran butuh mak comblang. Dua orang itu butuh persamaan. Persamaan itulah brand essence (yang menyatukan).
“Bukan Basa-Basi”  bhs inggrisnya Fairly Original(?)
Karena sejak awal Pak Putra Sampoerna ingin membuat produk low tar low nicotin. Pertimbangannya adalah karena penduduk Indonesia mulai conscious (sadar) akan kesehatan tetapi tetep pengen merokok.
16.45
Pak Heru menunjukkan storyboard awal iklan A Mild versi “Gonta-Ganti Pacar” yang berbeda sekali dengan versi yang sekarang sudah ditayangkan di televisi. Ide awalnya tidak disetujui oleh klien dan akhirnya ide iklannya diubah seperti yang sudah ada skarang.
Setelah creative meeting  client’s approval  budget & director’s presentation  proposed budget  director’s treatment
16.51
Pak Heru menunjukkan storyboard yang dibuat oleh DIRECTOR (Director’s Treatment) terhadap iklan A Mild versi “Gonta-Ganti Pacar”/mur baut/’screw’. Perubahan-perubahan yang muncul ini karena ada penyesuaian terhadap teknik pembuatannya (eksekusinya).
Setelah director’s treatment  CLIENT’S APPROVAL  pre-production meeting (membahas semua aspek visual, audio, backsound, location, prop, jingle, talent, wardrobe, schedule, dll—di sinid ikatakan oleh Pak Heru bahwa kekurangan advertising di Indonesia itu crafting-nya kurang karena ingin cepat-cepat sehingga tidak detail)
16.58
Pak Heru menunjukkan storyboard FINAL, di mana tiba-tiba ada tambahan talent perempuan di dalamnya. Pak Heru menceritakan bahwa klien sudah hampir tidak approve karena ada model perempuannya, tapi kemudian akhirnya diapprove di last minute (klien juga gambling saat itu).

Setelah pre-production  shooting days  offline presentation  online presentation (95% sempurna)  release.
17.05
Pak Yudy maju ke depan untuk mempresentasikan secara singkat dan cepat mengenai proses dari pihak Sampoerna. Pak Yudy selaku PR Manager Sampoerna menceritakan beberapa iklan yang batal tayang karena beberapa alasan yang berkaitan dengan masyarakat, pejabat daerah di mana iklan tersebut dipasang dan berbagai alasan lain.
Tentang iklan “Gonta-Ganti Pacar” (mur baut) sendiri, ternyata iklan ini sudah mendapat brand review dari beberapa pihak.
Pihak Sampoerna juga sempat membuat Focus Group Discussion dengan mengundang ahli semiotik, ahli komunikasi, FPI, dll mengenai iklan yang menimbulkan respon beda-beda itu. Sebab belum tentu apa yang kita anggap lucu, dianggap serupa oleh orang lain. A Mild memang seperti itu; memiliki kebebasan untuk berpikir dan mengartikan. Dulu ada satu brand yang sudah mau keluar iklannya tetapi kemudian ditolak oleh Sampoerna karena ada ketidakcocokkan antara talent dengan konsep iklannya. Artinya, berbagai alasan mungkin bisa membatalkan penayangan iklan.
17.11
SESI PERTANYAAN
Pertanyaan A : Danang dari UGM.
“Pada akhirnya, iklan harus punya impact. Selama ini iklan A Mild kan kreatif, jadi point of sales-nya sebetulnya di mana? Lalu himbauan “Merokok dpt menyebabkan kanker...” itu apakah merupakan big POS-nya?
Jawab (Ibu Tutus): “Iklan tidak langsung berdampak pada POS. Iklan itu lebih untuk brand equity, awareness. Makanya di A Mild ada “BBB”, logo, dll. Tidak hanya iklan yang menentukan penjualan produk.
Kalau untuk warning, karena itu peraturan, jadi harus dijalankan demikian.”
Jawab (Pak.Yudy): “Iklan itu hanya salah satu dr seribu kegiatan menjual produk. Jadi satu kali pasang iklan bukan berarti besoknya penjualan langsung naik. Peraturan pun tetap harus ditaati, jadi penyertaan warning memang harus. Sebab kenyataannya rokok itu memang untuk orang dewasa, tidak ada rokok yang aman.”

Pertanyaan B : “Tadi sudah diperlihatkan klasifikasi iklan A Mild dari tahun ke tahun. Ada 2 hal berbeda: sebelum ‘98, A Mild lebih mengkomunikasikan low tar low nicotin. Tapi setelah itu jadi kritik sosial. Kenapa tidak di tahun-tahun setelahnya, low tar & low nicotinnya dikomunikasikan dgn kritik sosial?”
Jawab (Ibu Tutus): “A Mild kan punya advertising objective. Kta juga harus menunjukkan market leading kita, makanya ada iklan “others can only follow” dan “how low can you go”. Trgantung objective, baru kita keluarkan versi yang seperti apa (sesuai tujuannya). Tentang kritik sosial, kita balik ke target. Tergantung isu utk target kami yang berusia 18-24.”
Jawab (Pak Yudy): “Yang namanya brand yang baru keluar, pasti dia masih bingung. Karena itu kita mengkomunikasian atribut produk dulu. Ketika sesuai berjalannya waktu, sesuai kebutuhan, baru mengeluarkan versi-versi yang lain.”
Jawab (Mb Tutus): “Persepsi dari konsumen kan berbeda-beda, ada yang langsung mengkaitkan iklan dengan produk. Jadi harus dibuat multiple meaning.”
Pertanyaan C : “Ada perbedaan antara tahun ‘90-an sampe 2004. Yang dulu biasanya menampilkan animasi tokoh A, setelah itu lebih ke manusia. Ada ketidak konsistenan. Apa ada beda target?”
Jawab (Ibu Tutus): “Kalau bicara konsisten, konsistensi kita ada di “BBB”. Kalau masalah tone (animasi, objek, model, dll), itu sesuai dengan apa yang berlaku pada saat itu (perkembangan zaman). Dulu A Mild memang sering memakai animasi, tapi ini kan rokok, jadi tidak boleh terlalu appeal untuk anak kecil. Makanya sekarang dibuat versi supaya anak SD tidak tertarik.”
Jawab (Pak Yudy): “Kita pernah dituntut oleh lembaga konsumen. Karena A Mild dulu pernah mengelurkan iklan yang versi poco-poco, ada kepiting, dll menari-nari, lalu dituntut karena terlalu appeal untuk anak kecil.”
Pertanyaan D : “Dari iklan “gonta-ganti pacar”, dari interaktifnya, itu bukan pertama kali sebuah iklan membuat interaksi seperti itu. Apakah iklan itu terinspirasi dari sebuah brand sabun yang pernah melakukan hal yang sama?”
Jawab (Pak Heru): “Pasti memang ada referensi yang kita submit dalam membuat iklan. Ide itu selalu ada yang terinspirasi dari hal-hal lain. Bisa jadi suatu iklan lain itu jadi acuan atau triger. Bukan nyontek, tapi referensi memang dibutuhkan.”
Jawab (Pak Yudy): “Dan iklan itu keluarnya pun tetep dengan gaya A Mild.”

Pertanyaan E: “Apa A Mild selalu membuat iklan yang tergantung fenomena, bukan menjadi trend setter?”
Jawab (Ibu Tutus): “Kira-kira, waktu iklan versi “yang muda yang nggak dipercaya” keluar, ada sesuatu yang terjadi yang kita adaptasi nggak?”
Penanya E: “Nggak sih. Tapi waktu itu ada beberapa isu demo mahasiswa ditutup-tutupi ama demo lain, jadi kesannya diadaptasi oleh “yang muda yang nggak dipercaya”.
Jawab (Ibu Tutus): “Memang ada isu yang kita provoke. Kita juga melihat situasi, lihat-lihat apa yang sedang keluar. Tapi tetap menggunakan spirit “BBB”.”
Jawab (Pak Yudy): “Dulu dalam iklan versi “Plintat plintut makan ati” ada visualisasi rel, tapi diprotes oleh pihak KA. Waktu ada GAM bahkan iklan kita dipakai di Aceh sana. Bukan A Mild yang keluar iklannya cepat sambil menyesuaikan fenomena, tapi kadang memang kita sudah keluar lebih dulu.”
Jawab (Pak Heru): “Menjadi trend setter bukan selalu jadi nomor 1... bukan semata-mata tidak hanya membahas apa yang sudah ada, tapi ada inovasi atau mengeluarkan bentuk lain dari isu yang sudah ada. Cara penyampaian kita tetap menggunakan personality A Mild, ujung-ujungnya juga “BBB”. Jangan anggap iklan itu harus rasional. Bukan berarti menjadi trend setter itu berarti tidak boleh menggunakan isu yang sedang booming, bukan begitu. Yang penting feeling. Iklan itu emosional.”
Jawab (Pak Yudy): “Dulu pernah ada follower mencoba mencontoh iklan kita. Tapi dia menggunakan sesuatu yang rasional, bukan emosional. Jadinya tidak begitu kena.”
Pertanyaan F : “Dulu saya pernah membaca buku, di mana dikatakan bahwa iklan itu sesuatu yang mahal dan hanya akan jadi seni saja. Hanya tindakan cuci otak supaya konsumen mengonsumsi produk. PR dirasa lebih efektif karena bisa lebih interaktif dengan konsumen. Kalau A Mild meerasa lebih efektif mana?
Untuk agency iklan, bagaimana supaya iklan bisa tetap dipakai? Bagaimana juga supaya iklan idealis bisa tetap dipakai?”
Jawab (Ibu Tutus): “Intinya ya tetap lakkan aktivasi 360 derajat (Integrated Marketing Communication). Uniknya kita, brand personality kita yang dikedepankan.”
Jawab (Pak Heru): “Hal ini harus ditanamkan sejak awal bahwa membuat iklan tidak seidealis itu, harus ingat bahwa kita tidak perlu meninggalkan kreativitas tinggi kalau mau memenuhi keinginan klien.”
Pertanyaan G : “Penjualan A Mild lebih tinggi karena iklannya atau karena A Mild yang pertama jadi low tar low nicotin?”
Jawab (Ibu Tutus): “Dua-duanya. Tetapi iklan itu memang tidak seketika, perlu membangun brand equity dulu. Itulah yang ingin kita bangun.”
Jawab (Pak Yudy): “Iklan dan PR itu hanya bagian kecil dr promosi. Semua harus dilakukan setara.”
17.38  Kata-kata penutupan dari Pak Yudy.
17.39
MC mempersilakan pemberian kenang2an dari Ibu Ninik Sri Rejeki dan Bohlam Advertising kepada pembicara-pembicara.
17.43
Membuka 1 kenangan2 dr Bohlam utk diperlihatkan pd publik.
PENUTUPAN
Acara tersebut dihadiri lebih dari 200 peserta dan beberapa tamu undangan.

1 comments:

wah bedah iklan sampoerna, menarik sekali,,
saya mau tanya konsep utama dari iklan a mild versi "pilihan" yang terbit tahun 2009 ini dengan visualisasi pria yang sedang berpikir? thx

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More