Pages

Makrab Bohlam 2011 @Kaliurang

Sehari semalam kumpul kebo bersama seluruh Bohlamers

Pinasthika 2010

Borong 6 piala di panggung Pinasthika 2010

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sunday, April 24, 2011

BOHLAM Advertising, SILAU tapi RAPUH?!

Survei deskriptif mengenai positioning Bohlam Adv di mata mahasiswa angkatan 2010 jurusan Komunikasi UAJY. Ini bukan penelitian mendetail, hanya penelitian impresif, sederhana, dan artifisial J

Mengejutkan. Suatu kata yang mewakili kita sebagai anggota dari satu kesatuan Bohlam. Mengapa tidak? Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 64 mahasiswa 2010 jurusan komunikasi, 51% mahasiswa tidak tahu acara – acara yang pernah diikuti Bohlam. Sisanya, Dalam rentang setahun kurang lima bulan (juni 2010 – Februari 2011), dari 46% yang mengetahui Bohlam pernah mengadakan acara, paling banyak hanya satu acara (50%) yang diingat oleh ”anak baru”. Hal ini bisa menunjukkan sesuatu yang memprihatinkan, Bohlam tidak ”eksis” di mata mereka, atau mungkin yang lebih parah lagi, mereka tidak tahu sama sekali tentang bohlam!

Problem apa yang sebenarnya terjadi? Saya teringat tentang perkataan ibu Lucinda mengenai politik mercusuar Indonesia. Sedikit membuka catatan mata kuliah Kewarganegaraan, politik Mercusuar merupakan politik yang dilakukan oleh pemerintah kita pada masa demokrasi terpimpin (1959 – 1965). Kala itu, pemerintahan dipimpin secara terpusat (atau otoriter) oleh Ir. Soekarno. Dominasi presiden sangat kuat, dan saat itu muncul gerakan – gerakan (atau yang lagi tren ”campaign”) anti Barat, dan pro komunis. Ketidaksukaan Ir Soekarno terhadap westernisasi yang melanda negara berkembang dibarengi dengan sikap keinginannya memperlihatkan eksistensi bangsa Indonesia di mata dunia. Salah satu gerakannya untuk melawan hegemoni (halah) barat adalah dengan membuat ajang olahraga tandingan Olimpiade, yaitu GANEFO (Games of the New Emerging Force), yang diikuti oleh negara – negara dunia ketiga. Selain itu, Soekarno juga membangun stadion Senayan (sekarang Gelora Bung Karno) yang mengeluarkan 12,5 juta dollar AS, dengan kredit lunak dari Uni Sovyet.

Hasilnya, citra Indonesia di mata negara luar menjadi ”sangar”, berani, hebat, dan berkarakter kuat. Tapi bagaimana dengan di dalam? Pemerintahan kacau, korupsi dimana – mana, kemiskinan merajalela, kesenjangan ekonomi terjadi, dan persoalan – persoalan pelik lainnya. Politik mercusuar, menurut mata kuliah KWN merujuk pada memperlihatkan hal – hal positif yang terlihat dari luar, tetapi melupakan hal – hal di dalam. Seperti mercusuar yang jika dilihat dari jauh sangat terang dan apik, tetapi jika didekati terlihat kusam, retak, dan penuh lumut.

Analogi yang terlalu jauh? Bisa iya bisa tidak. IYA, karena fakta mengatakan mahasiswa tidak tahu banyak mengenai Bohlam. Buktinya, 82,8% mahasiswa 2010 tidak pernah merasa dilibatkan dalam kegiatan Bohlam (yang parah di dalam kuisioner ada yang mengatakan ”terlibat dalam mengisi kuisioner,hehe...”). Berdasarkan catatan peneliti, dalam rentang juni 2010 – februari 2011 ada sekitar lima lomba yang diikuti, tetapi hanya 31,3 % yang tahu anak Bohlam pernah mengikuti, dan 28,1 % hanya mengetahui 1 lomba saja, dan 1,6% mengatakan tahu semuanya.

TIDAK, karena berdasarkan kuisioner juga, mahasiswa yang akan memilih konsentrasi studi tidak bisa dikatakan banyak, hanya 21,9%. Public Relation diurutan pertama (39,1%), kemudian jurnalistik (23,4%), dan terakhir Kajian Media (6,3%). Ada pergeseran tren dari beberapa angkatan sebelumya. Sejak 2007 konsentrasi studi Komunikasi Pemasaran dan Iklan merupakan mayoritas yang dipilih mahasiswa dan penurunan terjadi pada angkatan 2010. Hal ini bisa menunjukkan bahwa ketidak eksisan Bohlam karena minat konsentrasi yang sedikit, sehingga sedikit yang memperhatikan atau peduli terhadap Bohlam.

Lalu problem apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana positioning Bohlam yang sebenarnya? Apakah ada pengaruh antara mayoritas harapan konsentrasi studi terhadap pemahaman mengenai Bohlam? Terlalu menggeneralisasi jika menjawab secara tegas. Perlu penelitian yang intens, analisis relasi antar variabel yang kompleks, analisis regresi, ataupun wawancara mendalam yang terperinci. Tetapi peneliti bisa memberikan jawaban diplomatis, mahasiswa 2010 kurang memahami adanya Bohlam, mayoritas memilih konsentrasi studi PR, dan acara – acara yang diadakan Bohlam kurang diketahui oleh mahasiswa 2010.


oleh: Departement Strategi Planner BOHLAM Adv.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More